“Hai orang-orang yang
beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(TQS. Al-Maidaah: 8)
“Sesungguhnya ALLAAH menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya ALLAAH memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya ALLAAH adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(TQS. An-Nisaa’: 58)
“Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(TQS. Al-Hujaraat:
6)
Semoga tafsiran terjemahan Al-Qur’an di atas dapat menjadi
pelajaran dan bahan renungan bagi kita semua. Coba tanyakan pada diri
masing-masing, apakah selama ini kita telah bertindak adil? Sudahkah kita
bersikap dan bertindak adil terhadap orang lain, termasuk pada orang-orang yang
tidak kita sukai? Apakah cukup kita hanya menuntut keadilan bagi diri kita
sendiri tanpa memikirkan keadilan bagi orang lain?
Semoga kita menjadi orang yang
lebih bijak setiap harinya, setiap menit, even
setiap detik. Apakah segala tindakan kita
telah benar-benar difikirkan sebelumnya secara matang terkait konsekuensi
jangka pendek maupun jangka panjangnya?
Orang-orang muslim yang mengatasnamakan
Ormas Islam dan orang Islam yang lain
ataupun kalangan lain beberapa hari lalu yaitu tepatnya tanggal 7 November 2015
menentang acara Seminar Nasional LGBT “Kenali, Pahami, Hadapi Bersama” yang
diadakan di Pascasarjana UIN Maliki Malang, bahkan menghentikan/ membubarkan
acara sebelum berakhir. Apakah ini ajaran Islam yang sesungguhnya? Saya rasa tidak. Bahkan anak kecilpun
tahu bahwa kita harus menghormati tamu. Dalam hal ini pembicara dan peserta adalah
tamu dari suatu kelompok (penyelenggara sekaligus tuan rumah) dan diundang pada
suatu acara. Acara ini juga merupakan acara edukasi, berkumpul untuk berbagi
ilmu, pengalaman dan berdiskusi. Tapi tetap saja akhirnya acara ini harus
dihentikan. Mereka merasa keberatan dengan alasan pihak panitia belum
mengantongi ijin jika akan mengadakan acara tersebut, alasan lain karena
menurut mereka timing-nya kurang
tepat. – Benarkah? Lalu kapan waktu yang tepat?
Apakah mereka sudah menyempatkan diri
mencari tau tentang tujuan acara, pengisi acara dan penyelenggaranya siapa? Seharusnya
tidak serta merta mereka kalangan yang sedikit itu mengatakan mewakili umat
Islam atau muslim Malang kemudian membubarkan acara tersebut. Jika saya
perhatikan hal ini karena mereka takut atau khawatir jika acara ini adalah
untuk mendukung kelompok LGBT & mendukung pelegalan pernikahan sesama
jenis. Seharusnya kelompok tersebut tidak terburu-buru men-judge
& jump to conclusion, apalagi conclusion tersebut hanya sebatas
dugaan. Wajar jika kemudian ada istilah Homophobia.
Lalu sebutan apa yang pantas untuk
orang-orang seperti ini? Jika acara dengan tujuan baik, justru dicurigai kemudian
dihentikan? Jika mereka khawatir kenapa mereka tidak mengikuti dan mengawasi
acara tersebut sebagai peserta, kemudian jika terbukti acara ini mendukung/ pro
LGBT dan bertujuan mencari dukungan legalitas pernikahan sesama jenis, silahkan
dibubarkan. Saya yakin tanpa diminta pun acara tersebut akan dihentikan oleh
penyelenggara dan bahkan peserta jika terbukti isinya melenceng dari tujuan
awal acara ini.
Kita seharusnya
diberi kebebasan untuk berpendapat dan berkumpul, seperti yang telah dijamin Undang-Undang
Dasar 1945. Bukankah agama sangat menghargai orang-orang berilmu dan pemikir?
Bahkan ALLAAH meninggikan mereka
beberapa derajat dibanding yang lain. Tapi kenapa kita sering
menjumpai beberapa orang atau kelompok yang kemudian disalahkan, ditentang, ditangkap, dikucilkan
atau bahkan dibunuh hanya karena pemikiran mereka, pendapat mereka tidak
sesuai? Tidak sesuai dengan siapa? Dengan orang kebanyakan atau dengan
penguasa? Bagaimana bisa orang
yang berpendidikan melakukan hal ini? READ MORE...